Majalah New Statesman edisi September silam (13/09/2004) membuat
laporan utama tentang Islam berjudul: “Dapatkah Islam Berubah?”
(Can Islam Change?). Pertanyaan yang tampak sederhana ini sebetulnya
menyimpan persoalan besar dan menjadi perdebatan hangat di kalangan
intelektual dan sarjana, baik Muslim maupun non-Muslim.
Orang-orang yang berpandangan bahwa Islam tak dapat berubah disebut
kaum “esensialis,” mengacu kepada cara pandang mereka dalam
melihat agama ini sebagai satu-kesatuan esensial yang tak bisa
diubah-ubah. Mereka berpandangan bahwa perubahan dalam Islam dianggap
bukan bagian dari Islam.
Sebagian Orientalis seperti Lord Cromer dan para penulis Barat
seperti Samuel Huntington dan Daniel Pipes berada dalam kelompok ini.
Orientalis Inggris, Lord Cromer, menganggap bahwa perubahan dalam
masyarakat Islam bukanlah bagian dari Islam. Karenanya ia meyakini
bahwa upaya reformasi Islam bukanlah sesuatu yang Islamis. “Islam
yang telah direformasi,” katanya, “bukan lagi Islam.” (Islam
reformed is Islam no longer).
Begitu juga, Huntington dan Pipes menganggap bahwa Islam adalah agama
yang stagnan dan tak bisa berubah. Keduanya berargumen bahwa absennya
demokrasi di sebagain besar dunia Islam menunjukkan sikap resistensi
Islam terhadap perubahan. Secara spesifik Pipes menunjuk doktrin
bid’ah (innovation) dalam Islam sebagai konsep kunci untuk menolak
perubahan.
Selain Orientalis dan para penulis non-Muslim di atas, cara pandang
esensialis terhadap Islam juga dianut kalangan Islamis yang
konservatif dan fundamentalistik. Mereka meyakini bahwa Islam tidak
bisa dan tidak mungkin diubah.
Tokoh konservatif seperti Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri
Wahabisme) meyakini bahwa Islam harus tetap dijaga dari upaya-upaya
pembaruan, karena pembaruan adalah bid’ah. Yang perlu dilakukan
adalah mengembalikan Islam ke zaman Nabi, seperti apa adanya.
Para pemikir Islamis seperti al-Nabhani (pendiri Hizbuttahrir)
menganggap bahwa demokrasi adalah sistem bid’ah yang harus ditolak.
Sementara Sayyid Qutb (tokoh Ikhwanul Muslimin) menganggap demokrasi
sebagai thagut (pengacau) yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Kaum orientalis dan kalangan Islamis, meski keduanya kerap
bertentangan dan mungkin juga saling bermusuhan, bertemu dalam cara
pandang mereka terhadap Islam. Keduanya menolak pembaruan Islam,
karena bagi mereka: “Islam yang telah diperbaharui adalah bukan
lagi Islam.”
Sementara itu, orang-orang yang berpandangan bahwa Islam bisa berubah
disebut kaum “non-esensialis,” karena menganggap bahwa tak ada
sesuatu yang benar-benar esensial dari Islam. Sama seperti
agama-agama lain, Islam adalah sebuah produk sejarah yang muncul dan
berkembang dalam konteks kesejarahan manusia.
Tak ada ajaran maupun doktrin Islam yang sepenuhnya bertahan. Ia
berubah dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman dan keadaan.
Sebagai agama universal, salah satu modal dasar Islam untuk
menyesuikan diri adalah perubahan. Jika Islam menolak perubahan, maka
sesungguhnya ia melawan dan bertentangan dengan kodratnya sendiri
sebagai agama universal.
Sebagian besar pembaru Muslim, sejak al-Thahtawi, Muhammad Abduh, Ali
Abd al-Raziq, hingga Muhammad Arkoun dan Nurcholish Madjid, adalah
orang-orang non-esensialis yang percaya bahwa Islam bisa berubah dan
menyesuaikan diri dengan keadaan. Berbeda dengan Lord Cromer dan kaum
Islamis, bagi mereka “Islam reformed is still Islam.”
Sebagian penulis Barat simpatik seperti John L. Esposito, Leonard
Binder, dan John Voll, bisa juga dianggap “non-esensialis.”
Mereka semua percaya bahwa Islam bisa menerima demokrasi,
liberalisme, dan konsep-konsep modern yang datang dari luar Islam.
Saya lebih sependapat dengan kaum “non-esensialis” itu, ketimbang
para orientalis dan kalangan Islamis yang ingin tetap menyaksikan
Islam orisinal, stagnan, dan tak peduli dengan perubahan di
sekelilingnya. Bagi saya, Islam yang dinamis dan terus berubah lebih
menarik ketimbang Islam yang tetap, yang hanya menarik untuk obyek
kajian para Antropolog dan Orientalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami tunggu Komentar, saran dan Kritik anda yang bersifat membangun pada Blog kami, dengan :
1. Tulis Komentar anda pada kolom yang telah disediakan
2. Pilih Name/URL pada "Beri komentar sebagai"
3. Tulis Nama anda pada kolom yang sudah disediakan
4. Kosongi kolom URL dan klik "lanjutkan"
5. Klik Poskan Komentar
Terima Kasih...