Salah
motivasi, takutlah yang didapat. “Motivasi”, kata populer dalam
mendidik anak-anak - dan juga karyawan. Mulai dari orangtua hingga
kepala sekolah, pasti pernah melontarkan kata ajaib ini. “Anak ibu
kurang motivasi. Tolong ya dimotivasi di rumah”. Atau “Motivasinya
mudah dipengaruhi teman-temannya, jadinya dia sering ikut-ikutan ulah
temannya. Tolong diperhatikan ya…”. Pernah mendengar himbauan ini
?
Apakah
motivasi itu? Menurut kamus Merriam-Webster’s 11th, motivasi adalah
sesuatu (seperti kebutuhan atau keinginan) yang menyebabkan seseorang
mau bertindak atau bereaksi. Definisi yang baik, bukan ? Karena
baiknya, banyak orang yang menggunakannya namun seringkali kelebihan
dosis, sehingga menjadi kurang tepat guna.
Ada
seorang anak laki-laki yang bernama Brave – lahir di urutan
pertama. Pandangan yang beredar di masyarakat menyatakan bahwa
seorang anak laki-laki harus mampu tumbuh menjadi anak pemberani dan
bisa melindungi adik-adiknya maupun orangtuanya. Namun pada
perkembangan anak ini, terjadi penyimpangan. Si anak tumbuh menjadi
anak yang takut suasana gelap dan takut suara guntur.
Sebagai
orangtua, penyimpangan ini disikapi dengan pemberian motivasi seperti
ini, “Mama aja, dulu waktu masih kecil berani sama gelap. Waktu itu
umur mama masih lebih kecil dari kamu loh. Masa kamu sudah SD masih
saja takut. Kalau kamu masih bayi, wajar takut sama gelap. Sekarang
kan sudah gede. Udah punya adik lagi.”
Atau
”Ayo… dong kak … masa sama guntur aja takut. Kan ada mama
disini.” Atau “Ingat loh… nama kakak kan Brave, artinya itu
pemberani. Jadi anak yang pemberani dong”.
Motivasi
yang diberikan sang Bunda, justru membuat Brave menjadi lebih ciut
nyalinya menghadapi suara keras dan gelap. Bahkan rasa takutnya ini
merembet menjadi takut bertemu orang lain.
Rasa
takut Brave terhadap gelap tentu punya sejarah sebelumnya. Usut punya
usut, ternyata ketika Brave masih batita, pernah dikunci di kamar
mandi oleh baby sitternya. Pengalaman traumatis ini, yang belum
mendapatkan penanganan terbawa hingga sekarang dan diperparah dengan
kesalahan memberi motivasi pada Brave. Maksud/niat sang ibu adalah
baik yaitu menumbuhkan keberanian dalam diri anaknya namun kurangnya
satu langkah dalam pemberian motivasi menyebabkan motivasi tersebut
tidak diterima dengan baik oleh bawah sadar si anak. Langkah apakah
yang kurang ?
Berikut
langkah-langkah pemberian motivasi agar lebih berhasil dan didengar
oleh anak.
- Pahami dan terima semua perasaan dan pikiran anak.
Rasa
takut, rasa malas, rasa tidak aman, rasa cemas, pastilah berawal dari
pemikiran yang salah yang tercipta dalam otak anak. Tugas kita pada
saat awal ini adalah menggali kesalahan-kesalahan pemikiran dari anak
yang menyebabkan ia memiliki rasa takut dan perasaan negatif lainnya.
Setelah mendapatkan pemikiran salah yang melatarbelakangi munculnya
perasaan itu, maka tugas selanjutnya adalah menerima dan memahami
perasaan dan pemikiran tersebut. Kesalahan terbesar orangtua adalah
justru menertawakan, mengabaikan dan meremehkan perasaan dan
pemikiran anak. Akibatnya, anak menjadi semakin jauh dengan kita,
sebagai orangtua dan ia menjadi tidak berani terbuka dan jujur lagi.
Ada
juga anak yang tidak termotivasi dalam belajar lebih dikarenakan ia
merasa kurang diperhatikan oleh orangtua. Dampaknya ia menjadi malas
belajar supaya mendapatkan perhatian walaupun negatif. Dengan
dimarahi atau ditemani ketika belajar, anak mendapatkan hal yang
diinginkannya yaitu perhatian dan dekat dengan orangtua. Jika hal ini
yang terjadi pada diri anak Anda terimalah perasaan kurang
diperhatikan tersebut dan mulailah memberikan perhatian pada anak
dengan memiliki waktu berdua – diluar jam belajar.
- Katakan bahwa kita pernah mengalami perasaan serupa saat kecil (Atau jika tidak pernah, tetap katakan pernah mengalami).
Saat
anak mengetahui bahwa orangtua juga pernah mengalami hal serupa maka
ini akan membantu anak mengerti bahwa perasaannya adalah alami
dan wajar. Selain itu, ia juga akan melihat diri kita sebagai seorang
manusia yang sama dengan dirinya.
Perasaan
sama ini akan semakin membuat figur kita menjadi mudah untuk
dijangkau oleh anak. Apabila ada orangtua yang hanya menceritakan
kehebatannya di masa kecil dapat dibayangkan kemungkinan apa yang
terjadi.
Kemungkinan
itu adalah anak akan merasa rendah diri. Hal ini dikarenakan
anak merasa orangtuanya adalah manusia yang super hebat. Sedangkan
dirinya adalah manusia kecil yang tidak berdaya. Hal ini tentunya
akan menciptakan jurang pemisah yang semakin lebar antara
orangtua dan anak secara tidak sadar. Bahkan ada anak yang merasa
bahwa dirinya bukanlah anak dari orangtuanya, hanya karena ia merasa
tidak sehebat papa atau mamanya. Atau kemungkinan lain, anak akan
berusaha mati-matian menjadi diri orangtuanya ketika kecil (dengan
bersikap dan berbicara yang mirip). Pada kasus yang ekstrem, anak
akan kesulitan menjadi diri sendiri dan mengenal diri sendiri.
- Berikan pemikiran yang benar
Setelah
tahu latar belakang pemikirannya yang membawa pada munculnya perasaan
yang negatif, tugas kita selanjutnya adalah meluruskannya. Misalnya
jika anak merasa takut dengan ujian yang akan dihadapi besok. Cukup
katakan “Terkadang rasa takut itu membuat kita menjadi lebih siaga
sehingga lebih waspada terhadap apa yang akan dihadapi besok.
Jadi rasa takut itu sebenarnya pengingat kita untuk menghadapi suatu
tantangan”. Atau “Kadang-kadang mama harus menghadapi dulu
tantangannya, kerjakan dulu dan selesaikan dulu, baru akhirnya mama
sadar bahwa sebenarnya mama itu pintar juga lo.” “Ujian itu
memang rasanya menakutkan tapi kalau kita sudah belajar, istirahat
yang cukup, mama rasa pasti kita semua akan berhasil melewati.
Kalaupun ternyata masih kurang memuaskan ya tidak masalah nanti pasti
akan lebih baik lagi.”
- Berikan sugesti bahwa kita percaya pada kemampuan anak.
Pemberian
sugesti ini akan membantu anak untuk mempercayai dirinya sendiri.
Kadang kala rasa percaya diri timbul ketika ada satu orang yang
percaya bahwa kita memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu
tantangan. Bagi seorang anak “satu orang” itu adalah kita sebagai
orangtuanya, orang terdekatnya. Cukup katakan “Papa percaya,
malam ini kamu akan tidur dengan enak dan besok akan buka mata dengan
badan yang segar.” Atau “Mama yakin ujian besok dapat kamu
kerjakan dengan teliti dan rapi, kerjakan saja dan nikmati
semuanya, ok!”.
“Saya
yakin dan percaya bahwa para pembaca sekalian akan mendapatkan hasil
yang luar biasa menerapkan hal tersebut di atas karena apa yang saya
bagikan ini adalah hal yang mendasar yang kami berikan juga pada para
klien-klien Alvie Messi dalam ruang terapi dan konseling kami”.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami tunggu Komentar, saran dan Kritik anda yang bersifat membangun pada Blog kami, dengan :
1. Tulis Komentar anda pada kolom yang telah disediakan
2. Pilih Name/URL pada "Beri komentar sebagai"
3. Tulis Nama anda pada kolom yang sudah disediakan
4. Kosongi kolom URL dan klik "lanjutkan"
5. Klik Poskan Komentar
Terima Kasih...